Dari Bayangan ke Cahaya : Keceriaan yang Lalu

 

Malam semakin larut, aku masih duduk di sudut kamarku. Cahaya bintang berkelip-kelip di luar jendela seakan mengingatkanku pada momen-momen indah. Momen lama di dalam pikiranku berputar, teman-temanku tertawa, kami berkeliling di festival musim panas, dan saat-saat di mana segalanya tampak sempurna.

Aku memandang keluar jendela, melihat bintang-bintang yang bersinar lembut di langit malam. Mereka seakan menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang yang telah kulalui. Dalam keheningan, kenangan dari masa lalu mulai muncul kembali, seolah-olah bintang-bintang itu membuka jendela ke masa-masa yang sudah lama berlalu.

Aku terlempar ke dalam ingatan yang jelas—festival musim panas tahun lalu. Aku masih bisa merasakan semangat di udara, aroma popcorn dan cotton candy memenuhi setiap sudut. Suara tawa teman-temanku, riuh rendah musik, dan warna-warni kembang api yang menerangi langit malam.

Festival itu penuh warna dan kegembiraan. Aku berdiri di tengah keramaian, bersama dengan dua teman dekatku, Lina dan Kamal.

"Hei, lihat! Kembang api!" seru Lina sambil menunjuk ke arah langit.

Kamal memegang tangan Lina dan menariknya ke arah panggung utama. "Ayo, kita lihat dari dekat!"

Kami semua tertawa, berlari menuju area yang lebih terbuka. Kembang api meletus dengan gemuruh di langit, menerangi wajah kami dengan cahaya cerah.

"Ini adalah malam yang tak akan pernah kulupakan," kata Kamal, matanya bersinar penuh semangat.

"Ya, benar sekali," aku menjawab sambil tersenyum. "Aku merasa seolah-olah kita bisa melakukan apa saja malam ini."

Lina mengangguk setuju, "Kita hanya perlu menikmati setiap momen, tanpa memikirkan apa pun."

Kami bergabung dalam tarian dan bernyanyi bersama musik yang mengalun dari panggung. Kegembiraan dan kebahagiaan itu terasa begitu nyata, dan aku merasa sangat hidup. Malam itu adalah puncak dari segalanya, dan aku merasa bahwa semua kemungkinan berada di ujung jari kami.

Aku tersentak dari lamunan. Cahaya bintang di luar jendela seakan memudar, dan suasana tenang di kamar terasa semakin menekan. Kenangan indah itu kini terasa jauh, seolah-olah aku telah melangkah ke dunia yang berbeda. Suara tawa dan musik dari festival itu menggantikan dengan detak jam yang monoton.

‘Kenapa aku merasa begitu jauh dari kebahagiaan itu sekarang?’ pikirku dalam hati.

Rasa hampa mulai merayapi setiap sudut hati. ‘Apa yang salah? Kenapa segalanya terasa seperti bayangan yang pudar?’ Aku mulai bertanya pada diriku sendiri sambil menatap cermin.

Saat aku merenung, aku mendengar suara di luar kamar, suara tawa yang familier, suara langkah kaki yang ceria. Aku membuka pintu kamar dan menatap lorong gelap, berharap melihat kembali suasana itu, tetapi hanya keheningan yang menyambutku.

Kembali ke sudut kamarku, aku merasakan kekosongan yang dalam. Kenangan indah itu terasa seperti kenangan yang tidak pernah bisa kuraih lagi. Namun, meskipun seakan terperangkap dalam lingkaran waktu yang tanpa akhir, aku merasa ada harapan yang tersisa. Aku harus berusaha keras untuk tidak membiarkan rasa hampa ini menguasai diriku.

Aku duduk kembali di sudut kamar, menatap bintang-bintang di luar jendela. Setiap kenangan yang indah bagaikan pisau bermata dua. Mereka mengingatkanku akan betapa jauh aku telah tersesat. Dunia di luar sana terus bergerak maju, tetapi aku merasa tidak berdaya. Terkadang, aku hanya ingin menghilang, meninggalkan semua perasaan tidak berharga ini. Bayangan diriku yang dulu sepertinya sudah pergi, dan aku tidak tahu bagaimana mencari jalan kembali.

Aku melihat diriku di cermin, mata yang dulu bersinar penuh semangat kini tampak redup. Aku merasakan beban berat yang mengimpit dadaku, seolah-olah aku telah kehilangan arah. Suara-suara dalam kepalaku terus berbisik, menggoyahkan tekadku untuk bertahan.

"Apa yang terjadi padamu?" tanya bayangan di cermin. "Mengapa kau begitu berbeda sekarang?"

Aku tidak bisa menjawab. Aku hanya menundukkan kepala, membiarkan air mata mengalir. Rasanya seperti ada jurang yang memisahkan diriku yang sekarang dengan diriku yang dulu. Aku ingin melompat ke seberang, tetapi jurang itu terlalu lebar dan dalam.

Namun, di tengah gelapnya malam, ada sesuatu yang mulai berubah. Cahaya bintang yang berkelip-kelip seolah-olah mengirimkan pesan tersirat. Mereka mengingatkanku bahwa meskipun aku merasa terjebak, aku tidak sendirian. Ada banyak orang di luar sana yang mungkin merasakan hal yang sama, yang juga berjuang untuk menemukan cahaya di tengah kegelapan.

Aku mengambil napas dalam-dalam, merasakan udara dingin mengisi paru-paruku. Aku harus mencari cara untuk keluar dari lingkaran ini. Aku harus menemukan kembali diriku, menemukan kembali tujuan hidup yang pernah aku miliki.

Dengan hati yang penuh tekad, aku memutuskan untuk mengambil langkah kecil. Aku akan mencari berbagai cara yang mungkin bisa membawaku keluar dari kegelapan ini. Mungkin, dengan waktu, aku bisa menemukan kembali kebahagiaan yang dulu.

Malam itu, aku tidur dengan pikiran yang lebih tenang. Meskipun masih ada banyak hal yang harus aku hadapi, aku tahu bahwa aku tidak sendirian dalam perjalanan ini. Ada harapan, meskipun kecil, yang masih menyala di dalam hatiku. Aku akan terus berjalan, langkah demi langkah, sampai aku menemukan kembali cahaya yang telah lama hilang.


Image Source : Pinterest

Komentar

Postingan Populer