The Terror(s) : Saksi
Suara telepon
berdering mengusik tidurku yang bahkan tidak bisa disebut cukup, membuatku
terusir dari mimpi yang bahkan belum sepenuhnya muncul. Waktu di jam dinding
baru menunjukkan jam 5 pagi. ‘Orang gila mana yang menelepon sepagi ini’
batinku.
Tutt!
“Halo?” Suara terdengar dari handphone-ku.
“Halo. Ada apa?” Jawabku.
“Aku sudah mengirimkan
file videonya ke emailmu, bisa kamu cek?”
“Sepagi ini? Apa kamu
tidak punya jam?”
“Maaf. Aku takut lupa
jika tidak memberitahumu sekarang.”
“Baiklah. Akan aku
cek.”
Tutt! Telepon terputus.
“Ada-ada saja.”
Ucapku menghela napas.
Aku terhuyung ke
dapur, merasakan dinginnya lantai ubin di bawah kakiku yang telanjang. Aku
mengambil cangkir dan menuangkan kopi yang sudah disiapkan malam sebelumnya,
berharap kafein bisa mengusir kantuk yang masih menggantung.
"Harusnya aku
tidur lebih awal," gumamku pada diri sendiri sambil menatap ke luar
jendela dapur. Jalanan sepi, hanya beberapa mobil yang lewat dengan lampu depan
yang menembus kabut tipis. Aku mendengarkan suara televisi dari apartemen
sebelah, suara pembawa acara berita pagi yang terdengar samar.
Aku berjalan ke ruang
tamu, mencoba mengusir dingin dengan merapatkan selimut di pundakku. Membuka
laptop, mulai memeriksa email kerja yang menumpuk. Pekerjaan sebagai editor
sering membuatku terjaga hingga larut malam, tetapi pagi ini terasa lebih sunyi
dan dingin dari biasanya.
Setelah beberapa
menit menatap layar tanpa fokus, aku berdiri dan berjalan ke jendela besar di
ruang tamu. Udara pagi terasa lebih menusuk saat aku membuka sedikit jendela,
berharap udara segar bisa menyegarkan pikiranku yang masih kusut.
Tiba-tiba, suara
dentingan logam dari jalan di bawah menarik perhatianku. Aku memicingkan mata,
mencoba melihat lebih jelas dalam cahaya lampu jalan yang redup. Napasku
mengaburkan kaca saat aku melihat ke jalan di bawah, sebuah bayangan dan lampu
jalan yang berkelap-kelip.
Saat itulah aku melihatnya. Sosok tinggi dengan wajah yang tertutup oleh
tudung jaketnya, punggungnya menempel pada dinding bata toko roti di seberang
jalan. Dia memegang sesuatu, kilauan logam tertangkap oleh cahaya yang redup.
Itu adalah pisau. Dia sedang menikam... seseorang.
Image Source : Pinterest
Komentar
Posting Komentar